Lir-ilir, Lir Ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar
Cah Angon, Cah Angon
Penekno Blimbing Kuwi
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo Mbasuh Dodotiro
Dodotiro Dodotiro
Kumitir Bedah ing pinggir
Dondomono, Jlumatono
Kanggo Sebo Mengko sore
Mumpung Padhang Rembulane
Mumpung Jembar Kalangane
Yo surako surak Iyo!!!
Makna tembang tersebut menurut:
1. Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
Tandure wus sumilir (Tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau)
Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)
Makna: Sebagai umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari keterpurukan,
bangun dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan
oleh Alloh dalam diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan Tanaman yang
mulai bersemi dan demikian menghijau. Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan
membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan
tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya
pengantin baru.
2 Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)
Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)
Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)
Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)
Makna: Disini disebut anak gembala karena oleh Alloh, kita telah diberikan
sesuatu untuk digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita
dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya?
Si anak gembala diminta memanjat pohon belimbing yang notabene buah belimbing
bergerigi lima buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam.
Jadi
meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing
tersebut dalam arti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam
apapun halangan dan resikonya. Lalu apa gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita yaitu pakaian
taqwa.
3. Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)
Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)
Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)
Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)
Makna: Pakaian taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang
di sana sini, untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya
agar kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Alloh SWT.
4. Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang)
Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang)
Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)
Makna: Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas (no 1-3) ketika kita masih
sehat (dialambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu
luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!!
Lir ilir, judul dari tembang di atas. Bukan sekedar tembang dolanan biasa,
tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam. Tembang karya
Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah.
Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum
kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya.
Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia
ingin mengerti filosofi dari lagu ini. Para pemain Harpa seperti Maya Hasan
(Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie
Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah
menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik “Harp to Heart“.
Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya
Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang
artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu
mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa
yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh?
kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan,
dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada
gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk
berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.
tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar.
Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan
manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini
artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru
ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam.
Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun
taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten
baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah
angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa
dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa
makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang
benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa
blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing
itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing
yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno”
? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam
dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam
melaksanakan Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro. Walaupun dengan
bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan
pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus
dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus
kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki,
rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian
taqwa“.
dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali
bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk
mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah
ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali
mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu
hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata,
ketika usia masih menempel pada hayat kita.
Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari
kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai
orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul
menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)
Repost: http://manto2008.wordpress.com/2009/12/07/makna-lagu-lir-ilir-sunan-kalijaga-jawa-tengah/