HADIRNYA Sultan Palembang Iskandar
Mahmud Badaruddin dalam kirab Ambengan Gunungan Kuliner Kotagede beberapa waktu
lalu, juga mengingatkan bagaimana keakraban diplomatik antara Kasultanan Palembang
dengan kerajaan Mataram pada masa Panembahan Senopati hingga Sultan Agung.
“Keakraban bisa terlihat dengan
diwakafkan mimbar untuk Masjid Gedhe Mataram Kotagede,” ungkapnya ketika
memberi sambutan sebelum rayahan gunungan. Mimbar itu diberikan Sultan
Palembang ketika sepulang dari menunaikan haji, Sultan Agung mampir ke
Kasultanan Palembang (ada yang bilang Kadipaten Palembang). Ketika pulang,
dihadiahi mimbar sebagai oleh-oleh untuk dibawa ke Mataram. Mimbar tersebut
masih bisa dilihat sampai sekarang. Sebuah mimbar kayu yang diukir indah,
dengan berbagai hiasan yang sangat menarik.
Kedekatan Mataram dengan Palembang juga
dengan adanya makam datuk dari Palembang di makam raja-raja Kotagede. Makam
Datuk Palembang berada di dekat makam Nyi Ageng Nis, dan Panembahan Jayaprana.
Hanya saja tidak banyak sumber data tentang siapa Datuk Palembang yang
dimakamkan di situ.
Hubungan yang akrab antara Mataram
dengan Kasultanan Palembang juga karena merasa sama-sama keturunan Raden Patah
dari Demak. Kasultanan Palembang merasa terlindungi oleh Mataram, ketika pada
tahun 1596 Palembang diserang armada dari Banten, bala bantuan dari Mataram
berhasil memukul mundur pasukan Banten. Hanya
saja sejak Mataram dipimpin Sunan Amangkurat I, hubungan Kasultanan Palembang
dengan Mataram sedikit renggang. Banyaknya intrik di kerajaan Mataram membuat
kerajaan yang sempat besar itu kurang memperhatikan hubungan dengan negara
sahabat. Apalagi ketika pengaruh Belanda makin masuk dalam tata pemerintahan di
Mataram.
Seperti Mataram, Kasultanan Palembang
juga menjadi incaran VOC. Mula-mula minta izin mendirikan benteng, namun
kemudian berusaha untuk menguasai. Tanggal 24 November 1659, istana dan kota
Palembang dibakar oleh serdadu VOC.
“Namun seperti kerajaan-kerajaan
pewaris Mataram, Kasultanan Palembang tidak menyerah. Walau empat sultan
dibuang, namun perlawanan tetap terus berlangsung,” ungkap Sultan Palembang
menceritakan tentang gigihnya perjuangan Palembang melawan VOC. (Hamid Nuri)
Repost from kotagedeheritage.org