Sejarah Warung Ys Sido Semi adalah
sejarahnya keluarga Dalijan Mulyo Hartono. Berbeda dengan Sido Semi, nama
terakhir ini memang bukan nama yang banyak dikenal orang. Namun, tanpa Dalijan
Mulyo Hartono, Sido Semi tentu tidak akan pernah lahir.
Ceritanya begini. Di tahun 1950-an,
Pak Mul muda njuragan perak
kecil-kecilan dengan 10 sabat. Akan
tetapi, setiap hari Jum’at dan Sabtu, selalu saja penghasilannya pas-pasan.
Bahkan tidak jarang, malah nombok.
Apalagi ketika ada juragan lain yang berbuat curang, mencampur perak dengan mbogo. Rusaklah pasaran perak Kotagede
waktu itu. Dan juragan kecil seperti Pak Mul ikut kena getahnya.
Terus ada yang mengusulkan, “Mbangane tombok terus, mbok jajal bukak
warung es.” Pikir punya pikir, apa salahnya dicoba. Akhirnya peralatan
perak pun dilego. Dan mulailah Pak Mul membuka warung. Pertama kali magrok di dekat pintu masuk
Kompleks Makam Panembahan Senopati,
sekitar 50 meter di utara warung yang sekarang. Magrok di sini tidak berlangsung lama, lalu pindah ke lokasi baru, Jalan Watu
Cantheng yang sekarang ditempati.
Pada awalnya hanya menjual aneka
minuman, itu pun tanpa papan nama. Ketika pelanggannya sudah mulai
banyak, menu minumannya pun bertambah pepak.
Tak hanya es, namun juga bermacam wedang, seperti wedang sari dhele, wedang sitrun, wedang djae, wedang kopi tape, dan wedang
soklat.
Ketika Pak Karno lengser dan
Pak Harto muncul, anak-anak sekolah banyak yang mengusulkan menunya ditambahi
bakso. Demi menuruti permintaan pelanggan, Pak Mul belajar keras caranya
membuat bakso pada guru bakso di
Sidikan. Setengah tahun berjalan baik, resepnya sudah pas. Para pelanggan pun
sudah banyak yang cocok. Jadilah bakso melengkapi aneka menu khas Sido Semi. (Bersambung ke Sido Semi Jilid II)
Repost from kotagedeheritage.org