Ki Ageng Karang Lo adalah
tokoh pada zaman kerajaan Mataram ketika Mataram sedang dalam proses
pembentukannya. Ia terkenal sebagai sahabat dekat Ki Ageng Pemanahan,
yang mendampingi dan membantu terbentuknya Keraton Mataram dengan
ibukota di Kotagede.
Dikisahkan, pada waktu itu, Ki Ageng Karang Lo yang tinggal di Kampung
Taji, timur Prambanan, suatu hari kedatangan tamu yang singgah di
rumahnya. Tamu tersebut adalah Ki Ageng Pemanahan beserta keluarganya
yang sedang dalam perjalanan menuju Mentaok, yaitu tempat yang
dihadiahkan Sultan Pajang kepada dirinya.
Ki Ageng Karang Lo menjamu keluarga Ki Ageng Pemanahan dengan hidangan
yang amat memuaskan. Setelah dirasa cukup, Ki Ageng Pemanahan pun
berpamitan untuk meneruskan perjalanan ke Mentaok. Pada saat itu, Ki
Ageng Karang Lo berniat untuk ikut serta bersama keluarga Ki Ageng
Pemanahan ke Mentaok. Ki Ageng Pemanahan pun menerimanya dengan senang
hati.
Tanah Mentaok ternyata masih jauh. Ketika sampai di Sungai Opak, mereka
bertemu dengan Sunan Kalijaga. Sebagai seorang wali, ia memberi nasehat
kepada Ki Ageng Pemanahan sehubungan dengan Tanah Mentaok, dan tentang
Ki Ageng Karang Lo. Nasehat itu adalah, agar Ki Ageng Pemanahan tetap
mempererat persahabatan dengan Ki Ageng Karang Lo. Nasehat lainnya, agar
Ki Ageng Pemanahan selalu ikut mengenyam kebahagiaan bersama Ki Ageng
Karang Lo.
Nasehat Sunan Kalijaga tersebut tersimpan dalam hati Ki Ageng Pemanahan
hingga ia membuka hutan Mentaok menjadi Kerajaan Mataram. Konon, nama
Mataram sendiri diambil dari kata ‘mentaok arum’ yang berarti mentaok
yang harum. Kata ‘mentaok arum’ ini mengalami peluruhan menjadi ‘mentarum’. Untuk memudahkan pengucapan, lama kelamaan kata ‘mentarum’ berubah
menjadi Mataram. Ki Ageng Pemanahan melanjutkan nasehat Sunan Kalijaga
kepada puteranya, Panembahan Senapati yang kemudian menjadi Raja
Mataram.
Sumber Referensi:
Toponim Kotagede, 2011: Erwito Wibowo, Hamid Nuri, Agung Hartadi.
Ensiklopedi Kotagede, 2005: Rizon Pamardhi Utomo
Repost from kotagedeheritage.org