Sebagai
raja yang bijaksana, Panembahan Senapati melaksanakan nasehat ayahnya. Kala
itu, Ki Ageng Karang Lo bertempat tinggal di Wiyara, dusun yang berada sekitar
satu setengah kilometer di timur laut Pasar Kotagede. Puteri Panembahan
Senapati, yaitu Ratu Pembayun, dirawat dan amat disayang oleh Ki Ageng Karang
Lo. Ratu Pembayun tumbuh menjadi puteri yang cantik.
Ketika menginjak dewasa, Ratu Pembayun melaksanakan tugas ayahnya untuk
memperdaya Ki Ageng Mangir Wanabaya, musuh bebuyutan Mataram. Pembayun menyamar
sebagai ledhek, penari yang hidup di tengah masyarakat. Akhirnya Pembayun dan
Ki Ageng Mangir bertemu. Keduanya saling jatuh cinta dan menikah. Dalam keadaan
hamil, Pembayun diantar baik-baik oleh sang suami untuk menghadap Panembahan
Senapati.
Namun, dalam sebuah pertemuan keluarga, Panembahan Senapati menjebak dan
membunuh Ki Ageng Mangir, musuh sekaligus menantunya. Ketika hendak sungkem
(menyembah), kepala Ki Ageng Mangir dibenturkan ke watu gilang oleh Panembahan
Senapati. Peristiwa dramatik ini terjadi di depan mata Pembayun yang sedang
mengandung janin Ki Ageng Mangir. Demi memperkokoh sistem politik ekspansi
Mataram, kebahagiaan Ratu Pembayun dan masa depan janin yang dikandungnya, terpaksa
harus disisihkan.
Kematian Ki Ageng Mangir membuat Ratu Pembayun sangat berduka. Melihat
perkembangan keadaan puterinya, Panembahan Senapati tidak tega. Untuk sedikit
mengobati kesedihan Pembayun, Panembahan Senapati lalu menikahkan puterinya
dengan Ki Ageng Karang Lo. Hal ini dijalankan untuk memenuhi pesan Sunan
Kalijaga agar keluarga Ki Ageng Pemanahan selalu membawa Ki Ageng Karang Lo
dalam setiap kebahagiaan mereka. Ratu Pembayun dan Ki Ageng Karang Lo hidup
bersama, hingga meninggal dunia. Mereka dimakamkan di Dusun Karang Turi. Saat
ini, makam Ki Ageng Karang Lo dan Ratu Pembayun termasuk dalam kategori
tempat-tempat keramat bersejarah.
Kini, Ki Ageng Karang Lo diabadikan menjadi nama jalan di sepanjang kurang lebih
1,5 km, mulai dari selatan Kantor Pos Kotagede hingga dusun Karangturi,
Banguntapan, Bantul.
Sumber Referensi:
Toponim Kotagede, 2011: Erwito
Wibowo, Hamid Nuri, Agung Hartadi.
Ensiklopedi Kotagede, 2005: Rizon
Pamardhi Utomo
Repost from kotagedeheritage.org