Anak
Panembahan Senapati yang terkenal kesaktiannya, namun
memiliki perilaku yang temperamental. Kesaktian Raden Rangga telah terbukti,
dari jenis permainan watu gatheng,
terjadinya benteng jebolan Raden
Rangga, dan terjadinya lubang jari pada sela
kumalasa. Tingkah laku Raden Rangga ini membuat Panembahan Senapati merasa
malu, sehingga untuk mengubah perangai buruknya, Raden Rangga diminta berguru
kepada Ki Juru Martani. Hasil didikan Ki Juru Martani mengubah perilaku Raden
Rangga menjadi baik.
Pada
akhir hidupnya, Raden Rangga mempunyai peran yang sangat besar ketika berhasil
membunuh seekor ular besar yang sering mengganggu penduduk. Ketika meninggal
dunia, Raden Rangga di makamkan di Makam Nitikan, persisnya di sebelah Barat
Masjid Sulthonain, Nitikan, Umbulharjo. Tak ada tetenger atau batu nisan di kubur Raden Rangga ini, kecuali sebuah
kendi dan tempat untuk membakar kemenyan.
Selain
Raden Rangga, di Makam Nitikan ini dikuburkan sejumlah tokoh penting, di
antaranya adalah Kanjeng Ratu Pakuwuwono I atau lebih dikenal dengan sebutan
Kanjeng Ratu Beruk. Menurut beberapa sumber, Makam Nitikan ini dipercaya lebih
tua umurnya dibandingkan Pesarean Panembahan Senapati di Kotagede.
Sumber Referensi :
Toponim Kotagede, 2011: Erwito Wibowo, Hamid Nuri, Agung Hartadi.
Ensiklopedi Kotagede, 2005: Rizon
Pamardhi Utomo
Repost from kotagedeheritage.org